Ada banyak permintaan yang kita panjatkan kepada Allah swt dalam doa kita sehari-hari dan salah satunya adalah memohon agar dianugerahkan kehidupan yang baik samada di dunia mahupun di akhirat.
Kehidupan yang baik diistilahkan oleh Al-Qur’an dengan “Hayatan Thayyibah” sebagaimana firman Allah swt :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki mahupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An Nahl : 97)
Dari ayat di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa permintaan kita dalam doa meminta kehidupan yang baik akan dikabulkan oleh Allah swt bila kita beriman kepada Allah swt dan membuktikan keimanan itu dalam bentuk amal soleh, bahkan balasan yang diberikan oleh Allah swt jauh lebih besar dari amal yang kita lakukan.
Prof. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsirnya “Al Mishbah” menjelaskan bahwa “Hayatan Thayyibah” bukan bererti kehidupan mewah yang bebas dari ujian, tetapi ia adalah kehidupan yang diliputi oleh :
- Rasa lega.
- Kerelaan.
- Kesabaran dalam menerima ujian.
- Rasa syukur atas nikmat Allah swt.
Yang menjadi persoalan kepada kita, apakah kriteria yang mesti kita penuhi agar kehidupan kita termasuk ke dalam “Hayatan Thayyibah”.
Berdasarkan pendapat para mufassir mulai dari Ali bin Abi Talib, Ibnu Abbas sehingga kepada Sayyid Qutb, Dr. Wahbab Az Zuhaili dan Prof. Quraish Shihab dan sebagainya, paling kurang, ada tujuh kriteria kehidupan seseorang yang mampu mendapatkan “Hayatan Thayyibah”.
PERTAMA : REZEKI YANG HALAL
Setiap manusia tentu memerlukan rezeki berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kenderaan dan keperluan-keperluan hidup lainnya. Untuk itu, manusia mesti mencari nafkah dengan berbagai usaha yang halal. Bagi seorang muslim, mencari rezeki secara halal merupakan salah satu prinsip hidup yang sangat asas.
Kita tentunya mengharapkan dalam usaha mencari rezeki :
1. Banyak yang boleh kita perolehi.
2. Mudah mendapatkannya.
3. Halal dari segi status hukumnya.
Namun seandainya sedikit yang kita dapat, susah mendapatkannya selama status hukumnya halal, itu jauh lebih baik daripada mudah mendapatkannya, banyak perolehannya namun status hukumnya tidak halal.
Yang lebih tragik lagi adalah apabila seseorang mencari nafkah dengan susah payah, sedikit mendapatkannya, status hukumnya juga tidak halal, bahkan risikonya sangat berat, inilah sekarang yang banyak berlaku.
Kita dapati dalam masyarakat kita, ada orang yang mencuri selipar atau kasut di masjid, mengambil dompet orang semasa berasak-asak dalam bas atau komuter dan sebagainya sehingga kepada amalan rasuah dalam segala bentuknya.
Keinginan untuk memperolehi rezeki yang halal merupakan ciri kehidupan yang baik, maka Allah swt mencintai orang yang demikian sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hambaNya penat lelah dalam mencari yang halal.” (HR Ad Dailami)
KEDUA : QANAAH
Ketika rezeki yang halal sudah kita perolehi, orang yang mencapai darjat kehidupan yang baik adalah sentiasa qanaah atau menerima rezeki itu dengan senang hati meskipun jumlahnya belum mencukupi. Jumlah yang kita perolehi tidak selalunya mencukupi apalagi melebihi dari apa yang kita inginkan.
Sikap yang bagus adalah menerima dulu apa yang kita perolehi, sedangkan kekurangannya boleh kita cari lagi.
Orang yang tidak qanaah tidak menghargai susah payahnya sendiri kerana ia merasa sudah berusaha namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Bila usaha sendiri sahajapun sudah tidak dapat dihargai, apalagi usaha orang lain?
KETIGA : KEBAHAGIAAN
Bagi seorang mukmin, ukuran kebahagiaan bukanlah hanya semata-mata dari aspek duniawi, tapi yang terpenting adalah bila ia boleh menjalani kehidupan dalam kerangka pengabdian dan ketaatan kepada Allah swt.
Oleh kerana itu, apabila seseorang sudah beriman dan beramal soleh, ia akan merasakan kebahagiaan kerana kehidupannya di dunia memberi sumbangan manfaat kebaikan, sedangkan di akhirat nanti akan dimasukkan ke dalam syurga dan ini merupakan kebahagiaan yang tidak ada bandingan dengan apapun jua.
Sebaliknya bila seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Islam apalagi sampai merugikan orang lain, maka tidak ada kebahagiaan yang ia rasakan, tapi justeru hidupnya diliputi oleh kegelisahan dan kekhuatiran, tidak hanya dalam konteks kehidupan dunia tapi juga kehidupan akhirat yang tidak memiliki harapan yang cerah bagi kebahagiaan.
KEEMPAT : KETENANGAN
Bagi seorang muslim, dosa membuatkan kehidupan menjadi tidak tenang. Oleh itu, dengan iman dan amal soleh, kehidupan yang kita jalani insyaAllah terhindar dari dosa yang membuatkan kita menjadi tenang dan ini merupakan salah satu unsur asas “Hayatan Thayyibah” yang amat penting untuk kita miliki. Dosa menjadi faktor kegelisahan sebagaimana yang disebut dalam hadits Rasulullah saw:
“Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau perkara itu diketahui oleh orang lain.” (HR Ahmad)
Bagi mukmin sejati, keadaan enak dan tidak enak merupakan ujian yang mesti dihadapi sehingga ia tidak takut dengan apa-apa kemungkinan perkara-perkara yang tidak menyenangkan berlaku pada diri dan keluarganya. Sesukar manapun pasti ada jalan keluar dan kemudahan.
KELIMA : RIDHA
Kehidupan yang baik bagi seorang muslim tercermin pada sikap ridhanya kepada Allah swt sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul yang diyakini dan diteladani dalam kehidupan ini.
Sikap ini merupakan sesuatu yang amat penting sehingga ia mampu melaksanakan ajaran Islam dengan senang hati dan penuh penghayatan dan sikap seperti inilah yang memastikan seorang muslim akan dimasukkan oleh Allah swt ke dalam syurga sebagaimana dalam satu hadits, Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabi dan RasulNya, wajib baginya syurga.” (HR Muslim)
KEENAM : SYUKUR
Sudah pasti bagi manusia adanya kenikmatan yang diperolehinya dalam hidup ini sehingga kehidupan yang baik menuntutnya untuk bersyukur kepada Allah swt.
Ketika menafsirkan ayat :
“Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS Ibrahim : 7)
Sayyid Qutb mengemukan bahwa ada dua prinsip bersyukur :
PERTAMA, ianya sebagai bukti bagi lurusnya kayu ukur dalam jiwa manusia. Kebajikan itu mesti disyukuri, sebab syukur adalah balasan semulajadinya dalam fitrah yang lurus.
KEDUA, jiwa yang bersyukur akan sentiasa bermuraqabah (mendekatkan diri kepada Allah swt) dalam menggunakan nikmat yang diberikannya itu.
Seterusnya beliau menyatakan bahwa prinsip bersyukur seperti di atas boleh memberikan empat manfaat yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim iaitu :
a. Mensucikan jiwa.
b. Mendorong jiwa untuk beramal soleh.
c. Menjadikan orang lain ridha.
d. Memperbaiki serta memperlancarkan interaksi sosial.
KETUJUH : SABAR
Sabar adalah menahan dan mengekang diri dari melakukan perkara-perkara yang tidak dibenarkan oleh Allah swt kerana mencari ridhaNya.
Orang yang hidupnya baik tidak mungkin melepaskan sifat sabar dari dirinya, apalagi dalam situasi sukar dan oleh kerana itulah Allah swt mencintai siapa sahaja yang sabar.
Allah swt berfirman :
“Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada manusia), dan Allah mencintai orang yang sabar.” (QS Ali Imran : 146)
Oleh yang demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa kehidupan yang baik tidak hanya membawa kebaikan bagi dirinya, tapi juga kebaikan bagi orang lain bahkan terhadap alam semesta.
Ya Allah, kurniakanlah kehidupan yang baik kepada kami di dunia dan di akhirat sehingga kami tidak merasa kecewa dengan sedikitnya perolehan kami di dunia bahkan kami tetap bersyukur dengan kurniaan dan limpahan rezeki dari Engkau. Namun kami meyakini bahwa ada lagi satu kehidupan yang lebih baik dari kehidupan dunia yang fana ini iaitu kehidupan di dalam syurgaMu di akhirat nanti yang akan dilimpahi dengan segala jenis kenikmatan dan rezeki yang tidak putus-putus.
Ameen Ya Rabbal Alameen
Wan Ahmad Sanadi (IKRAM Shah Alam)
No comments:
Post a Comment