Friday, October 28, 2005

BICARA KALBU-Ketenangan hati boleh atasi keresahan jiwa

Friday, October 28, 2005

Ketenangan hati boleh atasi keresahan jiwa

Ketenangan hati boleh atasi keresahan jiwa

SAYA adalah seorang usahawan muda yang baru beberapa tahun menjalankan perniagaan membaiki kenderaan. Akhir-akhir ini, perniagaan merosot, rakan kongsi menarik diri dan pelanggan semakin kurang. Pihak bank mula hendak menyaman kerana bayaran pinjaman tertunggak.

Saya semakin risau kerana jika perniagaan terus begini, lama-kelamaan akan tutup kedai. Bank akan menyeret saya ke mahkamah. Bagaimana, isteri dan anak hendak hidup. Bagaimanakah saya ingin hilangkan kemelut jiwa ini?

USAHAWAN MUDA,
Kuala Lumpur.

Memang benar apa yang saudara katakan. Ini adalah kemelut jiwa yang terhasil dari hati yang resah dan kurang yakin terhadap masa depan. Adat berniaga memang begitu. Ada masa lebat dan ada masa kering.

Ketika lebat, kita berjimat, sewaktu kering, kita bersabar. Saat bersabar ini memerlukan kekentalan jiwa dan hati yang pasrah.

Saudara yang berniaga sudah memahami selok belok perniagaan. Saudara lebih arif mengenai tips dan taktik dalam dunia perniagaan. Saya berpendapat apa yang saudara perlukan ialah tips untuk hati.

Segala keresahan dan kebimbangan berpunca dari hati. Kerana setiap perbuatan bermula dari hati. Begitu juga setiap kejayaan dalam apa bidang berpangkal dari hati. Jagalah hati agar tidak sekali kali mendahului sesuatu yang belum berlaku.

Firman Allah bermaksud : “Telah hampir datangnya janji yang telah ditetapkan oleh Allah, maka janganlah kamu meminta disegerakan.” (Surah an-Nahl, ayat 1)

Hari esok adalah adalah sesuatu yang belum tentu dan nyata. Mengapa kita mesti menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan dengan kesempitan dan kemungkinan negatif yang bakal berlaku. Begitu juga memikirkan perkara yang akan menimpa, meramalkan bencana yang bakal mencelakakan?

Bukankah kita juga tidak tahu sama ada akan bertemu dengannya atau tidak? Kita tidak tahu adakah kita akan bertemu dengan kesusahan atau kesenangan pada esok?

Hakikatnya esok masih di alam ghaib dan belum berpijak di alam nyata. Tidak sepatutnya kita menyeberangi jambatan sebelum benar-benar berada di atasnya. Kita tidak pasti sama ada akan sampai ke jambatan itu atau tidak? Mungkin juga kita akan berhenti sebelum sampai di jambatan.

Mungkin juga jambatan itu hanyut dibawa arus sebelum kita sampai ke situ. Boleh jadi juga apabila kita sampai di jambatan itu dan boleh pula menyeberanginya!

Memikirkan masa depan dengan mengagak-agak dan membuka alam ghaib, kemudian kita hanyut dalam kecemasan yang hanya sangkaan adalah sesuatu yang tidak baik untuk hati dan keyakinan kita. Ini hanya angan-angan dan sangka buruk.

Itulah lumrah kehidupan. Ramai insan yang termakan dengan ramalan mengenai kelaparan, kemiskinan, wabak penyakit dan krisis ekonomi yang kononnya akan menimpa mereka. Pada hal, semua itu adalah sebahagian daripada hasutan was-was syaitan yang akhirnya menyesatkan manusia.

Firman-Nya bermaksud: “Syaitan itu menjanjikan (menakuttkan) kamu dengan dengan kemiskinan dan kepapaan (jika kamu bersedekah) dan ia menyuruh kamu melakukan perbuatan keji (bersifat kedekut), sedangkan Allah menjanjikan kamu (dengan keampunan daripadanya serta kelebihan kurnian-Nya.” (Surah al-Baqarah, ayat 268)

Janganlah memaksa esok untuk hari ini. Sedarlah bahawa usia, nasib kita pada esok berada di tangan Allah yang Maha Berkuasa.

Gunakan hari ini sepenuhnya dan sempurnakan kerja hari ini dengan kesabaran dan kesyukuran. Hindarilah angan-angan dan prasangka yang kosong.

Sempena Ramadan, marilah kita berdoa, beristighfar selepas menghitung dosa masa lalu. Munajat kepada Allah agar Dia menunjukkan kita jalan penyelesaian terbaik.

PERSOALAN dijawab oleh Endok Sempo Mohd Tahir dan sebarang masalah dan pandangan layari www.wanitajimceria.blogspot.com

Wednesday, October 26, 2005

Now It’s Nearly Over – How Did You Go?

Now It’s Nearly Over – How Did You Go?

By Aziza A.D.U.

Life provides us with many challenges – sometimes they come as a surprise and at other times we know they’re coming and we get the chance to prepare for them. Ramadan belongs to the second group. We have the whole year to prepare ourselves and thirty days to prove ourselves and then, we have the final chance to evaluate ourselves.

So before we can evaluate ourselves we need to know what we should have done. Perhaps you would like to ask yourself a few simple questions and then you can get an idea about whether or not you have grown in any way throughout this blessed time.

· Do you feel closer to Allah?

· Do you feel less nervous and stressed?

· Do you feel the desire to do good deeds and enrich yourself spiritually?

· Do you feel more mercy for people generally?

· Have you healed any estranged relations with family members and friends?

· Do you feel that your life now has a clear aim and you feel the ability to meet the challenges?

Ramadan is a time of spiritual renewal and strength. It is well-known that the spirit controls so many aspects of the self, including the body. So if you really want to do something in your life and your desire is sincere and determined, your body will simply follow.

There are three possible conclusions to the fast of this Ramadan. Either you:

· had a wonderful successful Ramadan, (congratulations and may Allah accept all your good deeds),

· had a reasonably good Ramadan but there were times you got angry or did bad deeds (hmmm, now is a good time to do more good deeds to cover those slip-ups),

· or it was a disaster, meaning you missed Fajr Prayer most of the time, over-ate and over-slept, were grumpy and moody and couldn’t wait till it was over (needs heavy re-thinking about yourself and what you do)!

But as long as there is life, there is hope to change, be better, and improve your relation with Allah Most High.

Most of the time people fail to perform well in Ramadan because they don’t really understand what it is all about. Allah Most High has enjoined fasting on all people throughout time through their respective prophets (may Allah’s peace and blessings be upon them all). It is an act of worship that draws the person closer to Allah and helps to purify the heart and mind and teach him to focus on life and what is important and what is not. Fasting softens the heart and makes the person feel more compassion and generosity toward the poor and needy. All these things will take place if the servant of Allah does this act for His sake, seeking to be close to Him, and receive the reward of fasting.

However, if someone fasts only because it is a habit to do so and a part of one’s culture and family practice, then obviously the effects of fasting will not be felt in the same way. The essence of acts are found in the intentions behind them. You are the best one to know the answer to this question. Why did you fast in Ramadan? Was your intention solely to obtain the pleasure and mercy of Allah Most High? If your intention was anything other than this, and the outcome of fasting was not that of spiritual renewal and closeness to Allah, then you have to know that your intention did not hit the target.

On a brighter note, be sure that Allah Most High is the Most Merciful and He loves to forgive! So if you have, for any reason, fallen short this Ramadan, turn to Him and seek His forgiveness and ask for guidance to better yourself and then start to prepare for next Ramadan…..