Memahami takrif Suara Hati Ataupun Landasan Norani
Suara hati atau landasan norani selaras dengan apa yang selalu disebutkan dalam Al Quran. Contohnya dalam surah Al Haj:
“Apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami (merasa) atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Kerana sesungguh nya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada dalam (rongga) dadanya” (Al Haj: ayat 46) .
“(Allah) mengilhamkan kepada jiwa(sukma) jalan kefasikan (kejahatan) dan ketakwaan(kebaikan). Sesungguh, berbahagialah siapa yang mensucikannya. Dan rugilah siapa yang mencemarkannya” ( Al Syams, ayat 8,9,10).
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah itu pada manusia. Tiada perubahan fitrah Allah. Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya” (Ar Rum, ayat 30).
Ketauhidan sesuai dengan fitrah manusia.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan dari anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian (menyuruh mereka mengakui/berjanji) terhadap jiwa mereka sendiri seraya berfirman,“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, engkau (Tuhan kami ) kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang sedemikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan :” Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (kesesaan Tuhan) (Al A’araf, ayat 172).
Bukti adanya perjanjian ini di alam realiti menurut Muhammad Abduh, ialah fitrah iman di dalam jiwa manusia.
Danah Zohar seorang Management Guru, Ahli Fizik dan pengarang beberapa buku best seller termasuk Spiritual Capital: Wealth We Can Live By and SQ - Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence, menemui maksud suara hati manusia. Ia dikaitkan dengan keperluan manusia kepada nilai, visi dan makna kehidupan yang lebih ‘trancendental’. Ary Ginanjar Agustian pula mentakrifkan suara hati sebagai hembusan suara Tuhan yang terakam didalam jiwa manusia (God spot).
Untuk memahami rasa ataupun suara hati adalah suara yang berasal dari Allah (swt), Ary Ginanjar menggunakan beberapa method soal jawab, dia menyoal dengan intonasi suara yang ‘barytones’ , para peserta/pembaca menjawab dalam hati.
- Saat kita sedang makan dipinggir jalan, tiba-tiba ada kanak-kanak perempuan kecil berdiri tepat didepan kita sambil menatap makanan yang kita pegang, apa yang kita rasakan saat itu?
- Bayangkan, saat kalian berjalan ditaman bunga kalian melihat sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anaknya yang masih kecil dan lucu. Apa yang tuan/puan rasakan saat itu?
- Teman sekantor dihantar oleh pihak pengurusan untuk mengikuti training komputer, dan kita tidak dipilih, apa yang suara hati kita rasakan?
- Setelah satu minggu, teman kita pulang dengan wajah berseri-seri sambil menunjukkan certificatenya, suara hati apa yang kita dengar?
- Kita berada disuatu ruangan yang bersih dengan lantai marmar berkilat, tiba-tiba ada kertas kotor yang hampir dipijak oleh kaki kita, suara hati kita menyuarakan apa?
- Kemudian ada pula seorang lelaki yang membuang puntung rokok seenaknya disana, suara hati kita menyuarakan apa?
- Didalam suatu perjalanan, kita melihat ada seorang pemuda sedang berusaha meragut beg tangan seorang wanita tua, perasaan apa yang muncul di dalam benak kita?
8. Tiba-tiba kita sedari bahawa peragut itu membawa sepucuk pistol, apa yang kita rasakan?
- Kita berada pada sebuah kebun yang hijau, tiba-tiba melihat sekuntum bunga berwarna merah, jingga dan ungu. Apa yang kita rasakan?
- Tiba-tiba ada seseorang yang memetik bunga itu dengan kasar, apa yang kita rasakan?
1. Ingin “memberi” makan kepada kanak-kanak perempuan itu
2. Rasa “kasih dan sayang” dan kita dapat menangkap ‘aura’ dan ‘rona’ kebahagiaan
3. Ingin juga “maju“ atau ‘well informed’ sehingga ingin mengikuti training
4. Ingin mengetahui “Ilmu” tersebut
5. Ingin “bersih” dan terpanggil untuk memungut sampah
6. Ada dorongan ikut “memelihara”, sehingga terpanggil untuk ‘melarang’
7. Ingin “menolong” wanita tua
8. Merasa terancam dan berkira-kira atau ‘menghitung’ mengenai ” bahaya”
9. Boleh merasakan adanya “keindahan”
No comments:
Post a Comment